Senin, 24 November 2008

Titik Jenuh

Dalam sebuah kelas kuliah psikologi, Pak Nur dosen yang ceria dan suka senyam - senyum sendiri membahas soal konflik dalam sebuah hubungan. Penyebabnya ada bermacam - macam, dan saya malas menuliskan disini. Tapi yang saya ingat dia belum menyebutkan " kejenuhan " . Kemudian, terlintas dipikiran saya untuk mempertanyakan itu .

Ya, jenuh adalah salah satu penyebab konflik dalam sebuah hubungan. Terutama dalam lingkup mikro seperti keluarga, pacar, pertemanan, bahkan hubungan kerja. Intensitas bertemu yang tinggi dan tidak ada toleransi untuk menolak bisa jadi penyebab kejenuhan. Jenuh juga dikarena kan tidak ada variasi cara menjalani hubungan tersebut, entah bagaimana bentuknya tapi saya mengalami dan belum mendapat solusinya. Dan masih banyak alasan tentang kejenuhan yang pasti akan kita temui.

Ada sebuah cerita, seorang teman yang telah menjalin cinta selama 4 tahun harus putus begitu saja karena titik jenuh yang memuncak. Menurut saya keduanya baik - baik saja, apalagi keluarga mereka sudah saling terbuka. Tapi, apa yang terjadi ? Putus adalah opsi pilihan untuk sebuah tali yang tersambung cukup lama. Sangat disayangkan, 4 tahun yang berjalan harus berhenti ditengah jalan karena alasan jenuh semata. Tidak ada raut kecewa dan rasa kehilangan diantara mereka. Keduanya sama - sama ingin cari suasana baru. Entah apa yang ada dipikiran mereka, saya pun tidak tahu.

Sebenarnya jenuh yang datang bukan sebuah kesalahan, wajar adanya. Kapanpun waktunya titik kejenuhan akan menghampiri. Siap atau tidak siap konflik akan datang menggerogoti hubungan kalian. Tidak ada solusi dalam tulisan ini, yang jelas tingkat kesadaran personal yang menjalani hubungan tersebut. Saya tidak sempurna, dan saya mengalami hal yang sama. Saya jenuh, tapi saya tidak lari atau berteriak membesar - besarkan konflik ini, walaupun yang terjadi konflik batin saya sendiri. Mari berteman dengan kejenuhan dan melawan !

Tidak ada komentar: