Selasa, 18 November 2008

Hidup = Hasil Dramatisir Pikiran ?

Hidup kita adalah hasil dramatisasi pikiran kita. secara tidak langsung, mau tidak mau kita dipaksa dan dipasung oleh pikiran kita sendiri untuk mendramatisasi hidup. Sebenarnya hidup yang kita jalani, bisa menjadi biasa saja. Atau sangat biasa, karena memang permasalahan yang muncul adalah wajar adanya. Kita manusia dan kita hidup penuh masalah. Tetapi yang ada, kita kadang terlena dalam sebuah cara pikir yang dramatis, berlebih - lebihan, dan memuja pembenaran absolut.

Dalam menghadapi suatu masalah, tanpa kita sadari kita akan menurut apa yang ada dipikiran drama kita. Seolah - seolah kita tidak dapat berpikir jernih dan sepenuhnya dibawah pengaruh ego, emosi, dan luapan perasaan sesaat saja. Yang tentu saja itu hanyalah drama semata. Emosi dapat menuntun dalam sebuah pembenaran atau sebuah kesalahan klise yang memang kita sadari.

Kita sudah terbiasa dengan acara film, sinetron, drama di televisi atau layar lebar. Konten acara tersebut jelas dibuat secara detil dan sangat didramatisir. Karena unsur menariknya memang disitu. Suguhan tangisan, tawa, canda, cinta, duka, lara dan berbagai perasaan berjejal dipikiran kita. Dan apa yang kita lakukan ? Ya, kita akan berakting dalam kehidupan kita sendiri. Kita akan mendramatisir hidup kita, kita akan bertingkah aneh, tanpa kendali, emosional atau bahkan sangat bijaksana karena berbagai faktor dorongan pikiran tentang perasaan yang berlebihan.

Wajar, tapi kadang berlebihan. Saya pun mengalaminya sendiri. Saya mendramatisir semua kehidupan saya. Mungkin kalian juga mengalaminya. Hidup yang berjalan adalah sebuah cerita drama dan kita menjadi aktornya. Semua tergantung pilihan kita, menjadi aktor yang baik, buruk atau yang biasa - biasa saja. Menjadikan cerita hidup kita penuh drama atau hanya opera sabun belaka. Menjadikan hidup lebih bermakna, atau menyia - nyiakan dalam sebuah cerita yang sebenarnya bisa kita kendalikan sendiri.

2 komentar:

Liz mengatakan...

Yayayaya...
Betul sekale!
gw juga keanya seriiiiing banget mendramatisir keadaan.
Kenapa ya??
Padahal sambungan tipi rumah gw udah dicabut paksa sama bonyok, jadi ngga mungkin karena sinetron.
hhhhh
Susah juga yah...

Anonim mengatakan...

ada dua jenis orang di dunia ini..
orang yang mendramatisir dan realistis..
sering kali orang - orang yang realistis diasumsikan identik dengan kekejaman, jahat dan sifat - sifat negatif lainnya oleh si dramatis..
disisi lain, orang yang suka mendramatisir keadaan dipandang cengeng, berlebihan dan "ngga banget" oleh si realistis..
REALISTIS: "Get real, man.. hidup itu ga akan seperti yang kamu inginkan! jalanin aja pake segala apa yang kamu punya!"
DRAMATIS: "Saya yang ga punya apa-apa ini mana pantas untuk hidup... , kenapa sih, lingkungan tidak dapat menerima saya?... ,"dll.
SOLUSI?
Jalanin hidup dengan seimbang..BERPIKIR REALISTIS saat keadaan mendukung anda untuk bersikap dramatis, dan sebaliknya..

SEMUA YANG SAYA KETIK DIATAS TERJADI SAAT SAYA SEDANG DALAM MASA PERALIHAN, JADI JANGAN DIAGGAP SERIUS..
KARENA JAWABAN DARI SEMUA YANG BERKAITAN DENGAN KEHIDUPAN ADALAH KEMATIAN..

MUNGKIN..