Minggu, 03 Agustus 2008

Sebatang Djie Sam Soe dan Sedikit Alkohol

Sabtu sore kemarin, mulut kering ini terlegakan dengan Alkohol berkadar rendah yang dibawakan oleh Nonit dan Dullah. Hmm..segarnya perut ini, sejak siang belum terisi makanan. Hangat dan di kepala terasa berat, mengantuk tepatnya. Tapi tidur bukanlah jawaban, aku memilih menuju tempat Bu Porno aka Bu Parmo di depan kantor untuk membeli sebatang rokok, dan Djie Sam Soe rokok favorit ayahku sebelum berhenti merokok menjadi pilihan.

“ Bu..tumbas rokok…”

“ Opo mas..??? “

“ Djie sam soe mawon sebatang..”

“ Malem minggu kok Cuma sebatang ?? “

“ Saya ga ngrokok kok bu “

“ Ga ngrokok kok beli rokok “

“ Lha wong mumet bu! “

“ Cah enom kok mumet to dik..?? “

Cukup lucu juga, obrolan dengan bu Porno. Dan aku memilih pamit untuk kembali masuk ke radio, obrolan bersama Nonit, Dullah dan Nying – Nying berlanjut seiring kepulan asap yang terus mengalir dari mulutku. Karena tidak terbiasa merokok, kadang asap yang keluar perih di mata, oh damn! Ga lucu kayaknya perokok yang menangis karena asap rokok. Alkohol yang masuk juga menambah lebar tawa kita.

Orang kantor bilang, saya masih dalam suasana kacau galau pasca putus. Mungkin benar adanya, terbukti dengan hari – hari yang sangat tidak jelas. Main PS sendirian di rental, nonton film sendiri di rumah dan membaca buku bagai orang sakit di kamar. Aku yang mengakhiri hubungan itu, tapi aku yang merasa sangat hancur. Bisa dibilang si tukang eksekusi mati karena tindakannya sendiri. Tapi aku tidak akan melawan rasa sakit itu, aku memilih berteman dengan rasa ini. Ini sudah keputusanku, biarkan saja rasa itu menjalar, dan nanti apabila rasa itu bosan meradang di diri ini. Aku yang akan mengeksekusinya.

Kembali lagi dengan alcohol dan djie sam soe, aku membiarkan diriku menentukan pilihannya. Mungkin saat itu, tubuh ini memilih berteman dengan alcohol dan rokok sebagai simbolik penenang saja. Atau tepatnya media perantara pelega perasaan. Terlalu kekanakan memang, karena memakai perasaan sebagai opsi pilihan. Logika yang diagungkan orang – orang yang mengaku dewasa tak pernah terpikirkan ketika dalam kondisi seperti ini.

Orang yang menderita, butuh media. Ketika musik, teman atau keluarga tidak bisa berbuat apa – apa mungkin alcohol dan djie sam soe yang bisa melegakan sementara. Cobalah, asal tidak permanent tidak akan berbahaya kawan.

1 komentar:

ebik dei mengatakan...

Tkang eksekusi yg tereksekusi??up 2 u lah...