susah bernafas itu sama saja seperti menelan segumpal batu dan tersedak dengan darah yang beku.
Susah bernafas itu seperti berlari terus menerus tanpa henti dan tanpa penghapus dahaga.
Susah bernafas ketika semua masalah menggertak sama saja dengan duri yang menusuk perlahan di otak kiri.
Susah bernafas itu aliran darah yang berhenti ketika masih dipaksa bekerja.
Susah bernafas itu sama saja dengan kijang yang harus mati tertikam oleh singa jantan.
Susah bernafas itu bersenang - senang dengan malaikat pencabut nyawa.
Susah bernafas itu mencabik - cabik paru - paru saat mencoba bertahan.
Susah bernafas itu air di lautan yang menghantam karang yang rapuh.
Susah bernafas itu seperti lahar panas yang melelehkan pohon tak berdosa.
Susah berhafas itu ribuan nyawa menjerit menderita.
Susah bernafas itu aku.
Well, kenapa aku memilih nama susah bernafas untuk blog ini. Karena susah bernafas itu aku, sejak kelas tiga SD aku sudah berteman dengan penyakit asma yang entah datangnya dari mana. Sejak itu aku harus dipaksa bangun tidur ditengah malam untuk minum obat jika aku kecapekan. Aku dipaksa untuk tersedak - sedak jika berurusan dengan debu dan udara dingin. Aku dipaksa tidak tidur semalaman jika penyakit itu belum hilang. Bukannya hiperbola atau apa, tapi inilah kenyataannya. 10 tahun lebih berteman dengan penyakit yang merepotkan. Aku tidak akan lari atau memusuhi penyakit ini, tapi tetap memilih berteman walau kadang sakitnya meradang.
Meskipun begitu aku tetap bersyukur dalam keadaan seperti ini, cuma kadang sangat menyiksa dan melelahkan. Ribuan obat telah masuk dalam tubuh ini, dan ribuan malam kuhabiskan dengan rasa sakit ini. Semoga saja hal ini tidak menurun kepada anak cucu ku. Kasian mereka jika harus seperti ini, lebih baik penyakit ini menggerogoti raga ini daripada anak cucu ku yang harus menikmati.
Terima Kasih Tuhan...
Susah bernafas itu seperti berlari terus menerus tanpa henti dan tanpa penghapus dahaga.
Susah bernafas ketika semua masalah menggertak sama saja dengan duri yang menusuk perlahan di otak kiri.
Susah bernafas itu aliran darah yang berhenti ketika masih dipaksa bekerja.
Susah bernafas itu sama saja dengan kijang yang harus mati tertikam oleh singa jantan.
Susah bernafas itu bersenang - senang dengan malaikat pencabut nyawa.
Susah bernafas itu mencabik - cabik paru - paru saat mencoba bertahan.
Susah bernafas itu air di lautan yang menghantam karang yang rapuh.
Susah bernafas itu seperti lahar panas yang melelehkan pohon tak berdosa.
Susah berhafas itu ribuan nyawa menjerit menderita.
Susah bernafas itu aku.
Well, kenapa aku memilih nama susah bernafas untuk blog ini. Karena susah bernafas itu aku, sejak kelas tiga SD aku sudah berteman dengan penyakit asma yang entah datangnya dari mana. Sejak itu aku harus dipaksa bangun tidur ditengah malam untuk minum obat jika aku kecapekan. Aku dipaksa untuk tersedak - sedak jika berurusan dengan debu dan udara dingin. Aku dipaksa tidak tidur semalaman jika penyakit itu belum hilang. Bukannya hiperbola atau apa, tapi inilah kenyataannya. 10 tahun lebih berteman dengan penyakit yang merepotkan. Aku tidak akan lari atau memusuhi penyakit ini, tapi tetap memilih berteman walau kadang sakitnya meradang.
Meskipun begitu aku tetap bersyukur dalam keadaan seperti ini, cuma kadang sangat menyiksa dan melelahkan. Ribuan obat telah masuk dalam tubuh ini, dan ribuan malam kuhabiskan dengan rasa sakit ini. Semoga saja hal ini tidak menurun kepada anak cucu ku. Kasian mereka jika harus seperti ini, lebih baik penyakit ini menggerogoti raga ini daripada anak cucu ku yang harus menikmati.
Terima Kasih Tuhan...
1 komentar:
asli...dalem banged..hwehe..
numpank leuwad..
Posting Komentar