Sedikit curhatan di sela-sela pekerjaan yang tidak terlalu menumpuk. Mulai awal tahun ini, kantor tempat saya bekerja menggunakan sistem finger print untuk absensi kehadiran karyawan. Alasannya ingin meningkatkan tingkat kedisiplinan karyawan. Saya setuju ! Tetapi sekarang saya bagaikan penyembah mesin absensi, terbirit-birit berangkat ke kantor hanya untuk datang tepat waktu. Terburu-buru hanya untuk menghindari potongan gaji atau menghindari SP dari HRD. Padahal sesa
Parahnya yang terjadi pada diri saya, saya seorang pekerja yang juga mahasiswa dengan domisili rumah yang cukup jauh dan kegiatan di kampus yang seabrek, yang tentu saja menyita banyak waktu. Jujur saja sangat berat untuk mengatur waktu dan tenaga. Tapi apalah daya, saya hanya seorang buruh. Hanya bisa menjalani sistem yang ada, kalau melawan saya akan di lempar.
Sejauh ini, ada perubahan sih absensi saya dari bulan kemarin. Mengingat potongan gaji kemarin yang cukup membuat saya mengerutkan dahi dan membatalkan rencana beli kaos (lagi). Saya jadi lebih rajin, tapi kenapa saya merasa tidak nyaman ya? Saya merasa "fake" dalam pekerjaan. Buru-buru datang hanya untuk sebuah absensi. Apa ya? seperti hanya sebuah tanda saja. Jadi pekerjaan kita hanya dilihat dari absensi saja, bukan dari apa yang kita kerjakan.
Aneh bukan? atau hanya saya saja yang merasa aneh? Seolah-olah saya bekerja hanya untuk sebuah absensi. Ya saya penyembah mesin absensi. Karena meskipun saya datang dan bekerja, tetapi jika tidak tertera absen saya. Saya tidak akan mendapatkan upah. Semoga saja mesin itu tidak error atau rusak, karena kasian pekerja yang bekerja mati-matian dan ternyata mesin itu tidak sejalan. Karena mesin hanyalah buatan manusia, manusia saja bisa error apalagi buatannya.
Viva la KAUM BURUH PENYEMBAH MESIN ABSENSI !!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar